Styrofoam
yang memiliki nama lain polystyrene, begitu banyak digunakan oleh
manusia dalam kehidupannya sehari hari. Begitu Styrofoam diciptakan pun
langsung marak digunakan di Indonesia. Banyak keunggulan pada styrofoam
yang akan sangat menguntungkan bagi para penjual makanan seperti tidak
mudah bocor, praktis dan ringan sudah pasti lebih disukai sebagai
pembungkus makanan mereka. Bahkan kita tidak dapat dalam satu hari saja
tidak menggunakan bahan polimer sintetik.
Polistirena
merupakan salah satu polimer yang ditemukan pada sekitar tahun 1930,
dibuat melalui proses polimerisasi adisi dengan cara suspensi. Stirena
dapat diperoleh dari sumber alam yaitu petroleum. Stirena merupakan
cairan yang tidak berwarna menyerupai minyak dengan bau seperti benzena
dan memiliki rumus kimia C6H5CH=CH2 atau ditulis sebagai C8H8.
- SIFAT
Ketahanan kerja pada suhu rendah (dingin) : Jelek
Kuat Tensile 256 (j/12) : 0,13-0,34
Modulus elastisitas tegangan ASTM D747 (MNm x 10-4 ) : 27,4-41,4
Kuat kompresif ASTM D696 (MNm) : 74,9-110
Muai termal ASTM 696 (mm C x 10) : 6-8
Titik leleh (lunak 0C) : 82-103
Berat jenis ASTMd 792 : 1,04-1,1
Elongasi tegangan ASTM 638 (%) : 1,0-2,5
Kuat fexural ASTM D790 (mnM) : 83,9-118
Tetapan elektrik ASTM 150 (10 Hz) : 2,4-3,1
Kalor jenis (kph) (Kg) : 1,3-1,45
- REAKSI-REAKSI
Degradasi Polistirena Dengan Inisiator Dikumil Peroksida
Polistirena
yang ditambahkan dengan dikumil peroksida akan terjadi pemutusan rantai
polistirena dan pembentukan ikatan silang pada polistirena. Dengan
reaksinya sebagai berikut :
1. Tahap Dekomposisi
2. Tahap Inisiasi
3. Tahap Pemutusan Rantai
4. Tahap Pembentukan Ikatan Silang
Reaksi Degradasi Polistirena dengan Dikumil Peroksida
- CONTOH POLISTIRENA
Salah
satu jenis polistirena yang cukup populer di kalangan masyarakat
produsen maupun konsumen adalah polistirena foam. Polistirena foam
dikenal luas dengan istilah styrofoam yang seringkali digunakan secara
tidak tepat oleh publik karena sebenarnya styrofoam merupakan nama
dagang yang telah dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical. Oleh
pembuatnya Styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai insulator pada
bahan konstruksi bangunan.
Polistirena
foam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas seperti
n-butana atau n-pentana. Polistirena foam dibuat dari monomer stirena
melalui polimerisasi suspensi pada tekanan dan suhu tertentu,
selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin dan menguapkan
sisa blowing agent.
Polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus
dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah,
mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi
udara yang tidak dapat menghantar panas sehingga hal ini membuatnya
menjadi insulator panas yang sangat baik.
Polistirena
foam begitu banyak dimanfaatkan dalam kehidupan, tetapi tidak dapat
dengan mudah direcycle sehingga pengolahan limbahnya harus dilakukan
secara benar agar tidak merugikan lingkungan. Pemanfaatan polistirena
bekas untuk bahan aditif dalam pembuatan aspal polimer merupakan salah
satu cara meminimalisir limbah tersebut.
- KEGUNAAN/KELEBIHAN
Stirena
pertama kali diproduksi secara komersil pada tahun 1930 sebelum terjadi
perang dunia ke-II dan memegang peranan penting dalam perkembangan
kimia polimer. Setelah perang dunia II sudah banyak pengolahan stirena
menjadi polistirena dan kopolimernya secara komersial. Polistirena
banyak dipakai dalam produk-produk elektronik sebagai casing, kabinet
dan komponen-komponen lainya. Peralatan rumah tangga yang terbuat dari
polistirena, a.l: sapu, sisir, baskom, gantungan baju, ember.
- CARA PEMBUATAN
Secara
laboratorium dapat dibuat melalui dehidrogenasi etil benzene, yaitu
dengan melewatkan etilena melalui cairan benzena dengantekanan yang
cukup dan aluminiumklorida sebagai katalisnya. Etil benzena
didehidrogenasi menjadi stirena dengan melewatkannya melalui katalis
oksida aktif. Pada suhu sekitar 6000C stirena disuling dengan cara destilasi maka didapatkan polistirena.Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Polistirena
padat murni adalah sebuah plastik tak berwarna, keras dengan
fleksibilitas yang terbatas yang dapat dibentuk menjadi berbagai macam
produk dengan detil yang bagus. Penambahan karet pada saat polimerisasi
dapat meningkatkan fleksibilitas dan ketahanan kejut. Polistirena jenis
ini dikenal dengan nama High Impact Polystyrene (HIPS). Polistirena
murni yang transparan bisa dibuat menjadi beraneka warna melalui proses compounding.
Polistirena
foam yang dihasilkan dari percampuran 90-95% polistirena dan 5-10%
gas-gas tertentu seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent
yang digunakan adalah berupa senyawa CFC (Freon), karena golongan
senyawa ini dapat merusak lapisan ozon oleh karnanya saat ini tidak
dipergunakan lagi, kini yang digunakan adalah blowing agent yang lebih
ramah lingkungan. Polistirena yang dibuat dari monomer stirena dilakukan
melalui proses polimerisasi. Polistirena foam yang dibuat dari monomer
stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan-tekanan dan suhu
tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin yang
ada serta ikut menguapkan sisa-sisa blowing merupakan
insulator-insulator yang baik. Sedangkan monomer polistirena foam
merupakan bahan plastik yang memiliki sifat tertentu atau khusus dengan
struktur yang tersusun dari beberapa butiran dengan kerapatan rendah,
mempunyai bobot ringan, dan terdapat di dalam ruang-ruang antar butiran
yang berisi udara minuman-minuman beralkohol atau bersifat asam juga
meningkatkan laju migrasi.
- BAHAYA
Dibalik
semua keunggulan styrofoam itu dapat menimbulkan kerugian yang sangat
merugikan bagi manusia dan alam. Bila ditinjau dari faktor alam atau
lingkungan sudah kita semua tahu kalau styrofoam sangat berbahaya karena
bila sampahnya terus menumpuk dan tidak ada upaya untuk mendaur maka
akan dapat menimbulkan timbunan sampah yang sulit unutk diurai. Walaupun
faktanya sudah banyak pengrajin yang menggunakan styrofoam sebagai
bahan utamanya untuk diolah lebih lanjut tetapi jumlah sampah styrofoam
tetap saja masih meningkat setiap harinya. Bila sampah styrofoam yang
mengalir ke arah laut maka sudah tentu biota laut akan terganggu
ekosistemnya karena styrofoam akan bereaksi dengan air laut dan
menyebabkan biota laut terganggu kehidupannya.
Dampak
yang lainnya adalah bagi kesehatan manusia, kandungan yang terdapat
pada styrofoam seperti benzen, carsinogen, dan styrene akan bereaksi
dengan cepat begitu makanan dimasukkan kedalam styrofoam. Uap panas dari
makanan akan memicu rekasi kimia ini terjadi lebih cepat, misalnya saja
zat benzen yang bila sudah bereaksi dan masuk kedalam tubuh dan masuk
kedalam jaringan darah dan terakumulasi selama bertahun tahun akan
menimbulkan kerusakan pada sum sum tulang belakang, menimbulkan anemia
dan bahkan mengurangi produksi sel darah merah yang sangat dibutuhkan
tubuh untuk mengankut saripati makana dan oksigen ke seluruh tunuh. Bila
jumlah sel darah merah kita semakin berkurang akibat dari reaksi
styrofoam ini maka tubuh kita akan mengalmai beberapa gejala yang kurang
wajar. Lalu zat yang tidak kalah bahayanaya adalah carsinogen yang
dapat mengakibatkan kanker, carsinoge akan lebih berbahaya bila pemakai
wadah styrofoam atau plastik digunakan berulang ulang karena carsinogen
mudah larut. Lalu styrene pada penelitian di New Jersey ditemukan 75%
ASI (air susu ibu) terkontaminasi styrene. Hal ini terjadi akibat si ibu
menggunakan wadah styrofoam saat mengonsumsi makanan. Penelitian yang
sama juga menyebutkan bahwa styrene bisa bermigrasi ke janin melalui
plasenta pada ibu-ibu yang sedang mengandung. Terpapar dalam jangka
panjang, tentu akan menyebabkan penumpukan styrene dalam tubuh.
Akibatnya bisa muncul gejala saraf, seperti kelelahan, gelisah, sulit
tidur, dan anemia.
- PENCEGAHAN
Sebenarnya
banyak pencegaham yang dilakukan para pedagang atau penjual makanan ,
salah satunya adalah dengan melapisi styrofoam dengan plastik
transparan. Sebenarnya hal ini akan menambah jumlah reaksi zat kimia
yang terjadi pada pengemasan makanan bertambah banyak, karena plastik
juga bahan yang berbahaya untuk pembungkus makanan, jadi langkah ini
dianggap kurang cocok untuk mengurangi bahaya styrofoam. Jadi antisipasi
yang dapat kita lakukan untuk mengurangi bahaya syrofoam bagi kesehatan
kita adlah dengan membawa sendiri wadah yang akan kita gunakan untuk
membungkus makanan dan segeralah pindahkan makanan yang sudah dibungkus
dengan styrofoam kedalam wadah yang lebih aman sepeti piring kaca atau
mangkuk kaca. Setelah itu kumpulkan bahan pembungkus makanan styrofoam
ini agar nantinya dapa di daur ulang.
Banyak
sudah negara yang mengeluarkan peraturan untuk tidak menggunakan
styrofoam contohnya kanada, korea, jepang dan masih banyak lagi.
- STYROFOM PLASTIK BUSA BERBAHAYA
PLASTIK
busa yang lazim dipakai sebagai tatakan kemasan bahan pangan dan
pelindung barang elektronik - belakangan makin sering digunakan untuk
wadah makanan dan minuman. Padahal, bahan penyusunnya bersifat racun
sehingga bisa mencemari makanan atau minuman. Apalagi kalau hidangan itu
dikemas panas-panas! Bahan ini disinyalir bisa merangsang tumbuhnya sel
tumor dan kanker serta potensial mengakibatkan cacat lahir.
Styrofoam hanya
salah satu dari puluhan, bahkan ratusan jenis plastik. Orang awam
memang sulit membedakan berjenis-jenis plastik, meskipun barang ini
begitu gampang ditemukan di sekitar kita. Mulai dari sikat gigi, ember,
gantungan baju, kabinet, peralatan dapur, sisir, tutup kaset, sampai
kantung plastik. Tahukah Anda kalau benda-benda ini terbuat dari bahan
plastik yang berbeda-beda?
Plastik merupakan hasil proses pencampuran bahan kimia organik yang berasal dari minyak bumi, batu bara atau gas
alam. Sebagai suatu bahan, plastik memang memiliki keistimewaan. Ia
mudah dibentuk menjadi serat, lembaran, maupun padatan. Selain kuat dan
awet, harganya pun relatif murah.
Gelas Styrofoam
|
Lantas,
bagaimana kita bisa membedakan berbagai jenis plastik? Bergantung pada
bahan dasarnya, yang secara umum disebut monomer. Untuk membentuk
plastik, monomer-monomer ini diproses menjadi menjadi rantai-rantai
panjang yang disebut polimer. Untuk menghasilkan plastik mentah -
dikenal sebagai resin - polimer ini ditambah dengan berbagai bahan kimia
lain. Baik sebagai pengisi, pelentur, pewarna, peliat, maupun pelumas.
Perbedaan kombinasi jenis dan jumlah polimer serta bahan tambahan
(aditif) inilah yang membedakan karakter dan jenis plastik yang
dihasilkan.
Perkembangan
plastik sendiri dimulai sejak akhir abad IX. Yang dianggap berhasil
mengembangkannya secara komersial adalah John W. Hyatt, seorang ilmuwan
AS. Pada tahun 1968 John berhasil menciptakan bahan pembuat bola biliar,
sisir, dan pengisi kerah baju dari campuran serat(selulosa), asam
nitrat, dan kamper. Bahan ini oleh Perusahaan Eastman Kodak pada tahun
1884 dikembangkan menjadi pita seluloid, yang kini dikenal sebagai bahan
dasar pita film dan foto. Beberapa tahun kemudian tepatnya pada tahun
1909, plastik sintetis berbahan dasar polimer organik ditemukan oleh Leo
H. Baekland. Pada tahun 1930-an, setelah teori makromolekuler yang
mampu menjelaskan susunan molekul polimer berkembang, teknologi plastik
berkembang pula dengan pesat. Tak ketinggalan pada 1935 tim peneliti
Perusahaan Du Pont menemukan nilon.
Disusul
penemuan jenis plastik lain oleh berbagai pihak. Misalnya akrilik ,
teflon, melamin, saran, formika, sampai plastik busa atau styrofoam yang diprotes itu. Semua sebutan itu merupakan istilah umum dari berjenis-jenis plastik yang berbeda bahan dasarnya.
Monomer
plastik yang paling banyak dikenal saat ini diantaranya vinil klorida ,
stirena, etilena, propilena, formaldehida, akrilida, dan beberapa jenis
lain. Hasil penggabungan monomer, yang dikenal sebagai polimer dan
merupakan bahan dasar utama plastik, diberi nama sesuai monomernya
setelah ditambahi kata "poli". Diantaranya polivinil klorida,
polietilena, polistirena, polipropilena. Ringkasnya, plastik adalah
campuran polimer dengan beberapa bahan tambahan.
Keluarga
besar plastik ini memang sangat banyak anggotanya. Masing-masing
memiliki karakter dan kegunaan berbeda-beda. Dari sekian jenis, yang
dianggap terpenting dan paling banyak digunakan saat ini ada sekitar 25
jenis.
Selain nama dagang, plastik juga memiliki sebutan teknis yang baku, dengan penyingkatan bahan dasar polimernya.
Misalnya teflon, nama teknisnya adalah polytetrafluorethylene (TFE). Teflon sekarang dipakai sebagai pelapis peralatan dapur. Sedangkan nilon, punya nama teknis polyamide (PA). Kita tahu nilon banyak digunakan dalam bentuk serat, untuk tekstil dan benang. Plastik saran, sebenarnya adalah polyvinilidene cloride (PVDC), banyak dipakai untuk kantung. Polyethylene (PE) banyak dipakai untuk peralatan rumah tangga seperti ember, panci, kursi, selain untuk kantung plastik.
Bagaimana dengan styrofoam?
Istilah teknis styrofoam adalah foamed polyesterene (FPS).
Bahan dasarnya adalah polistirena, yang merupakan plastik sangat
ringan, kaku, tembus cahaya, dan murah. Hanya saja, kelemahannya adalah
sifatnya yang rapuh.
Untuk
menambah kekuatannya dicampurkan senyawa butadiena yang merupakan karet
sintetis. Penambahan butadiena inilah yang menyebabkan polistirena
tidak jernih lagi dan berubah warna menjadi putih susu. Selain itu ,
untuk meningkatkan kelenturannya, ditambahkan juga zat plasticiser, seperti dioktilptalat (DOP), butil hidroksi toluena (BHT), atau n-butil stearat.
Sedangkan istilah foamed berasal
dari proses pembuatannya, yang salah satu tahapnya adalah peniupan,
untuk membentuk struktur sel. Dalam proses peniupan ini digunakan gas chlorofluorocarbon (CFC).
Hasilnya, ya, seperti yang bisa kita lihat sekarang ini: plastik busa
dalam berbagai bentuk dan penggunaan. Warnanya putih susu dan ringan.
Migrasi zat racun
Lalu dimana duduk persoalannya hingga pemakaian styrofoam diprotes banyak kalangan?
Ada dua masalah. Pertama pada bahan untuk membuat plastik busa itu sendiri dan kedua adalah pemakaian gas CFC dalam proses pembuatannya.
Ada dua masalah. Pertama pada bahan untuk membuat plastik busa itu sendiri dan kedua adalah pemakaian gas CFC dalam proses pembuatannya.
Pada yang pertama adalah kemungkinan terjadinya perpindahan alias
migrasi monomer-monomer stirena kemasan plastik busa ke dalam makanan
atau minuman yang ada didalamnya. Persoalannya, menurut berbagai
penelitian yang dilakukan sejak 1930-an, bukan sekedar terjadinya
migrasi monomer ini. Yang penting adalah akibatnya, karena monomer
bersifat toksik.
Vinil
klorida dan vinil sianida, misalnya, mengakibatkan perubahan genetik
pada mikroba. Akrilonitril menimbulkan tumor dan cacat lahir pada tikus.
Stirena, yang merupakan bahan dasar styrofoam,
juga bersifat mutagenik (mampu mengubah gen) dan potensial karsinogen
(merangsang tumbuhnya sel kanker). Beberapa jenis tumor kulit hewan
juga ditemukan akibat stirena.
Pada
plastik busa risikonya bahkan lebih besar lagi, karena bahan aditif
yang dipakai pun diketahui berbahaya. Butadiena sebagai bahan penguat,
maupun DOP atau BHT sebagai plasticiser, keduanya karsinogenik. Suatu penelitian lain juga menunjukkan DOP merusak testis hewan percobaan dan menimbulkan kemandulan.
Migrasi
itu sendiri dapat terjadi karena monomer-monomer plastik, khususnya
stirena , larut dalam air, lemak, alkohol, maupun asam. Waktu pendadahan
dan suhu juga mempengaruhi. Makin lama makanan atau minuman kontak
dengan permukaan plastik, dan makin tinggi suhunya, migrasi zat racun
dalam plastik akan makin meningkat.
Apalagi bila makanan atau minuman itu banyak mengandung lemak atau minyak. Begitu juga dengan plasticiser yang digunakandalamplastik.
Celakanya,
efek racun itu tidaklah langsung terlihat. Sifatnya akumulatif dan
dalam jangka panjang baru timbul akibatnya. Hingga sering melenakan
perhatian kita terhadap bahayanya. Karena adanya risiko berbahaya itu,
maka di negara-negara maju dibuat berbagai peraturan mengenai zat
pembuat bahan pengemas, terutama yang dipakai untuk makanan dan minuman.
Pengemas harus memenuhi syarat maksimum jumlah migrasi yang diizinkan.
Di Eropa migrasi plasticiser yang
diizinkan maksimum adalah 60 mg/kg makanan. Demikian pula migrasi
monomernya dibatasi secara ketat. Inggris menetapkan batas migrasi vinil
klorida dalam makanan maksimum 0,1 mg/kg.
Jenis
polimer dan bahan aditif yang boleh digunakan pun dibatasi. Di Amerikat
Serikat, misalnya, segala jenis pengemas plastik yang terbuat dari
vinil klorida (PVC) dilarang digunakan untuk mengemas susu ataupun
olahannya dan juga minuman ringan bergas CO2.
Setiap
negara memiliki ketetapan yang agak berbeda, meskipun semuanya merujuk
pada standar internasional dari badan PBB, yaitu Codex Alimentarus
Comission. Sementara negara-negara yang belum memiliki ketentuan seperti
halnya Indonesia, bisa mengacu pada Codex.
Selain
faktor-faktor di atas, jumlah komposisi masing-masing bahan plastik,
polimer dan aditifnya, juga mempengaruhi besar kecilnya migrasi.
Bagaimana dengan yang terjadi pada styrofoam?
Pemakaian styrofoam untuk
mengemas makanan sebenarnya tidak lazim. Kecuali untuk bahan mentah,
seperti telur, daging, sayur atau buah. Itu pun biasanya cuma terbatas
sebagai tatakan. Penggunaan styrofoam yang paling lazim adalah untuk bahan pelindung dan penahan getaran bagi barang-barang yang fragile, seperti barang elektronik.
Yang pasti, sebagaimana telah dijelaskan, baik monomernya (stirena) maupun aditif utama styrofoam (DOP dan butadiena) sama-sama mudah bermigrasi dan berbahaya.
Banjir dumping
Lalu, mengapa belakangan styrofoam justru
banyak dipakai sebagai pengemas makanan? Jawabannya tentunya sudah
jelas. Plastik jenis ini di negara maju makin tidak populer, karena
bahayanya. Selain itu, sebagai masalah kedua, proses pembuatannya
melibatkan gas CFC.
Gas
buatan yang dikembangkan oleh Perusahaan General Motors pada tahun
1930-an ini semula dikenal sangat baik. Sifatnya tidak beracun, tidak
mudah terbakar dan sangat stabil. Pemakaiannya menjadi begitu luas
terutama untuk pengisi alat pendingin, yang kita kenal dengan merek
dagang freon, dan untuk gas pendorong pada aerosol seperti hairspray, obat nyamuk semprot, parfum, dan sebagainya. Selain itu, juga digunakan sebagai bahan peniup pada pembuatan styrofoam.
Belakangan
diketahui, CFC - karena begitu stabilnya - baru terurai sekitar 65 -
130 tahun. Gas ini akan melayang di udara, mencapai lapisan ozon di
atmosfer , sampai bisa menjebolkan lapisan ozon. Akibat jebolnya lapisan
ozon suhu bumi meningkat, yang disebut efek rumah kaca. Sinar
ultraviolet dari matahari akan terus menembus bumi. Sehingga timbullah
kanker kulit.
Bahaya
yang ditimbulkannya sudah sangat mengkhawatirkan umat manusia. karena
itu, pada tahun 1987 negara-negara industri bersepakat lewat Protokol
Montreal, untuk mengendalikan pemakaian gas CFC hanya sampai 50%-nya
pada tahun 2000.
Tapi, kesepakatan ini pun direvisi pada tahun 1990 di London
dengan isi lebih ketat. Antara lain ditegaskan: seluruh produksi CFC
harus dihentikan pada tahun 1995. Ini berarti semua teknologi atau
produksi yang menggunakan CFC akan segera menjadi kadaluwarsa!
Jadi
mudah dimengerti, mengapa di negara maju plastik busa makin tidak
populer, sementara dinegara berkembang justru makin digunakan. Ini
akibat dumping. Negara-negara industri, yang masyarakatnya sudah maju,
tidak mau menanggung risiko. Baik terhadap keamanan konsumen,
kelestarian lingkungan, dan -tentu saja- kelanggengan bisnis mereka.
Relokasi industri yang kedaluwarsa ini ke negara lain yang kurang maju
menjadi satu-satunya cara untuk meniadakan semua risiko itu.
Maka
dari itu, pemakaian dan produksi styrofoam di negeri kita jelas-jelas
merupakan tindakan kurang baik. Karena itu, kalau Anda membeli makanan
atau minuman berwadah styrofoam, mintalah pedagang menggantinya dengan yang non-stryrofoam.
14 komentar:
Bisa ngasih kursus pembuatan styrofoam ??? ini no hp saya 085732700303. trimakasih
saya juga minta informasi kursus pembikinan styrofoam. 085793864930 terima kasih
saya juga minta informasi kursus pembikinan styrofoam. 081314543082
terima kasih
Untuk pembelian butiran styrofoam ada agennya jabodetabek dimana ya? mohon info
ijin share
saya juga minta informasi kursus pembikinan styrofoam. 081315395572. terima kasih
Min, boleh minta pustakanya apa aja gak min? Biar bisa cari referensi, hehe. Makasihhh :))
min saya lagi penelitian tentang pemanfaatan styrofoam, mintak referensi pustaknaya min.
saya lagi nyari tentang pustaka kebenaran data sifat styrofoam min
Ketahanan kerja pada suhu rendah (dingin) : Jelek
Kuat Tensile 256 (j/12) : 0,13-0,34
Modulus elastisitas tegangan ASTM D747 (MNm x 10-4 ) : 27,4-41,4
Kuat kompresif ASTM D696 (MNm) : 74,9-110
Muai termal ASTM 696 (mm C x 10) : 6-8
Titik leleh (lunak 0C) : 82-103
Berat jenis ASTMd 792 : 1,04-1,1
Elongasi tegangan ASTM 638 (%) : 1,0-2,5
Kuat fexural ASTM D790 (mnM) : 83,9-118
Tetapan elektrik ASTM 150 (10 Hz) : 2,4-3,1
Kalor jenis (kph) (Kg) : 1,3-1,45
tolong min
minta informasi lebih lanjut tentang styrofoam dong,,,,, penting
bermanfaat banget :)
Mau nanya kalo mau membedakan sapu plastik yang digunakan adalah sapu dari plastik jenis polystirena gimana ya?
mau nanya caramembuat pori styrofoam bagaimana ya? saya sedang penelitian membuat styrofoam min tapi hasilnya dia tidak ada porinya. terimakasih banyak
Apakah mudah terbakar?
Posting Komentar